Telah Dibenarkan dan Berdosa

Melalui iman kepada Kristus, Rasul Paulus adalah orang yang dibenarkan. Meskipun demikian, dia berkata, "Kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik" (7:18). Ia menjelaskan bahwa dirinya masih sangat dipengaruhi oleh dosa. Dia menggambarkan bahwa dirinya "terjual di bawah kuasa dosa" (7:14), dan menjadi "tawanan hukum dosa" (7:23). Akibatnya, meskipun dia tahu dan ingin melakukan hal-hal baik serta benar di hadapan Allah, justru "yang jahat" yang dia lakukan (7:19). Oleh sebab itu, sangat tepat perkataan Martin Luther, "Simul iustus et peccator," yang berarti bahwa pada saat yang sama, kita adalah orang yang dibenarkan dan sekaligus orang yang berdosa.

Istilah Luther yang sangat penting itu menyadarkan kita akan--setidaknya--dua hal. Pertama, ingatlah bahwa pembenaran itu semata-mata melalui iman dan sama sekali bukan karena jasa manusia. Masih besarnya pengaruh dosa pada diri orang percaya--termasuk pada diri Rasul Paulus--menegaskan bahwa status diperhitungkan sebagai "benar" oleh Allah hanya di dapat melalui Kristus. Sampai akhir hayat, semestinya kita hidup dalam kerendahan hati. Kedua, sadarilah adanya ketegangan antara kehendak untuk hidup benar (sesuai dengan firman Tuhan) dengan besarnya pengaruh dosa yang membuat kita melakukan yang tidak baik dan tidak benar. Ketegangan ini menyadarkan bahwa mewujudkan perbuatan baik sebagai buah dari iman itu memerlukan perjuangan. Perjuangan itu seperti perjuangan seorang prajurit (2 Timotius 2:3, 4) yang harus selalu waspada dan berkomitmen untuk mematuhi perintah komandannya. Seorang murid Kristus yang sejati harus memiliki tekad yang kuat untuk taat kepada Allah! [ECW]

"Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." Yohanes 14:21